Kasus pemalsuan produk makanan sangat banyak terjadi di dunia, tak hanya di tanah air kita saja. Maksud dari pemalsuan makanan dalam hal ini adalah dengan cara diencerkan dan diberi tambahan bahan lain yang lebih murah, atau menambahkan bahan tertentu yang bernilai rendah agar terlihat mirip dengan produk asli yang lebih mahal.
Menurut World Custom Organization, pemalsuan produk makanan di dunia telah menimbulkan kerugian hingga 49 miliar dolar Amerika per tahun. Nilai ini setara dengan Rp 744 triliun.
Jika ditotal, ada tiga jenis produk makanan yang sering sekali dipalsukan oleh oknum. Makanan tersebut adalah minyak zaitun, susu dan madu.
“Ini data global, data yang diolah di Amerika dari 1980 sampai 2010,” jelas Roy Sparringa, advisor Kedutaan Besar Selandia Baru di Indonesia, seperti dilansir laman Republika.co.
Para oknum ini melakukan pengenceran produk atau menambahkan bahan lain agar dapat untung besar dari penjualan tersebut. Walau tidak semua produk palsu berbahaya dan bermasalah dengan faktor keamanan pangan, namun konsumen jelas dirugikan karena membeli produk yang kualitasnya tak sesuai dengan yang diinginkan.

Roy memberi contoh kasus pemalsuan produk yang cukup menghebohkan yakni susu dicampur melamin. Ini adalah produk dari Cina dan banyak dikonsumsi karena dianggap berprotein tinggi.
“Melamin bukan protein ya, tapi melamin kan berbahaya (jika dikonsumsi), bisa berdampak buruk,” kata dia.
Konsumen awam mungkin sulit membedakan produk palsu dan yang asli. Roy sendiri menyarankan untuk selalu waspada membeli ketiga jenis produk tersebut karena rawan pemalsuan.
Cara membedakan produk asli bisa juga dilihat dari harga jual yang lebih murah. “kalau minyak zaitun murah, mestinya curiga,” kata dia.
Namun bukan berarti yang dijual mahal selalu asli, karena itu konsumen memang harus selalu waspada.